Motor Klasik Yang Banyak Dilirik

Reporter : Farma Dinata - Hengki Wiramada/Damar Galih
Juru Kamera : Warsam Aji/Nyoman Ifrozin
Editor : Bagus Andriansari
Narator : Arni Gusmiarni

indosiar.com - Buat kaum pria motor itu tidak sekedar hanya kendaraan, tapi juga buat bergaya. Tidak percaya nih.. Nah lihat yuk tongkrongan para pecinta motor klasik yang memang layak diliput ini.

Sebagaimana barang produksi masa lalu, motor antik pun punya penggemar tersendiri. Itu bisa dilihat misalnya dalam sejumlah pameran mobil klasik di Jakarta beberapa waktu lalu, yang turut menghadirkan sejumlah motor klasik.

Di Indonesia, motor antik yang beredar hingga saat ini, ada yang diproduksi mulai tahun 1930 an hingga era retro tahun 1980-an. Nah.. umumnya para pecinta motor antik berkumpul membentuk club ! Salah satu komunitas yang cukup besar adalah Brotherwood, yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.

Komunitas Brotherwood mengkhususkan diri pada sepeda motor buatan Amerika dan Eropa, produksi sebelum tahun 1960 an. Selain langka alias sudah tidak diproduksi lagi, tiap motor klasik pastinya punya sejarah masing - masing. Seperti motor BSA ini misalnya, yang masuk ke Indonesia tahun 1945-an, saat sekutu memulai operasi militernya disini.

BSA singkatan dari The Birmingham Small Arms itu, diproduksi pabrik yang khusus membuat keperluan aneka peralatan kecil tentara. Dinegara asalnya Inggris, pabrik kendaraan roda dua dengan sistem besar ini sudah terbakar tahun 1972 dan tidak dibikin lagi.

Karena banyak yang sudah tidak diproduksi lagi, tidak gampang untuk mendapatkan suku cadang motor-motor yang sudah tergolong klasik itu. Nah... disinilah untungnya gabung dengan club atau komunitas motor ! Antara mereka bisa saling tukar informasi dan tips tentang perawatan dan suku cadang.

Dari hobby terciptalah jalinan persaudaraan antar sesama pemilik sepeda motor antik. Biasanya mereka pun lalu berkendara bersama. Seperti yang diakui Wawan, yang mempunyai motor BSA tahun 1948 dan Chris Harson pemilik Harley Davidson tahun 1957, ada kebanggaan tersendiri naik motor tua tersebut.

Selain Brotherwood yang angkutannya spesialis pemilik motor-motor klasik buatan Eropa dan Amerika, di Jakarta juga ada komunitas bernama Classic Motor Cycle yang angkutannya adalah pemilik motor tua buatan Jepang.

Kalau menurut para anggotanya, merawat motor Jepang dianggap lebih mudah ketimbang motor buatan Eropa. Karena merek - merek motor Jepang masih berkibar hingga sekarang. Disamping usia motor lebih mudah sebab umumnya yang beredar di Indonesia adalah produksi setelah tahun 1960 an. Tapi sebenarnya tidak ada klasifikasi khusus soal kecintaan pada motor - motor klasik.

Pemilik motor antik buatan Jepang biasanya juga demen sama motor antik buatan Eropa. Begitu juga sebaliknya. Karena ya itu tadi, ada kebanggaan tersendiri saat menunggang diatasnya. Keuntungan lain bergabung dalam sebuah komunitas macam ini adalah soal dokumen kepemilikan kendaraan.

Paling tidak ada surat jalan kolektif dari kepolisian. Maklum namanya juga motor tua, kebanyakan sudah tidak ada dokumennya lagi. Entah itu karena tercecer saat Perang Dunia ke II dulu, ataupun akibat bencana alam. Namun ada yang jadi keresahan para penggemarnya terkait keberadaan motor tua sebagai salah satu asset sejarah, yang luput dari perhatian pemerintah.

Banyak motor tua ditanah air yang kemudian yang hijrah keluar negeri, akibat diburu para kolektor mancanegara. Kalau dilestarikan, padahal motor-motor tua itu bisa menjadi potensi pariwisata juga lho. Turis mancanegara tentu akan terkaget - kaget kalau tahu motor buatan negara mereka yang dikampung halamannya sendiri mungkin sudah punah,- tapi ada di Indonesia masih terawat baik. (Dv/Ijs)